Friday, 3 July 2015

AIR: MEMBERI KEBAIKAN DAN MEMBUTUHKAN KEBAIKAN

Diobok-obok airnya diobok-obok...
Ada ikannya kecil-kecil pada mabok...
Disemprot-semprot airnya disemprot-semprot...
Kena mukaku aku jadi mandi lagi...
Dingin-dingin, dimandiin, nanti masuk angin...
Ada air hujan, rasanya tawar...
Ada air laut, rasanya asin...
Ada air susu, rasanya manis...
Itu untuk mimik, mimik, mimik, mimik, mimik...


Masih ingat petikan lirik lagu di atas? Bagi remaja dan muda-mudi yang lahir di tahun 90-an ini adalah salah satu lagu yang mengawal tumbuh kembang hidupnya dalam dunia bermain dan bersenang-senang. Jika pernah mendengarkan lagu ini, berarti masa kecilnya indah, hehehe. Ya, lagu berjudul “Air” atau lebih dikenal dengan “diobok-obok” ini diambil dari album yang juga bertajuk “Air” yang rilis tahun 1999 oleh penyanyi Joshua Suherman (akrab dipanggil Joshua), merupakan salah satu lagu paling popular di kalangan anak-anak beberapa tahun silam dan tampaknya juga masih familiar di telinga hingga saat ini. Lagu yang melambungkan nama Joshua ini berlatar tentang air dan dibalut dengan video klip yang kocak. Tapi teman, disini kita bukan ingin membahas nada lagu ataupun karir penyanyi lagu di atas, melainkan benda yang menjadi tema lagu tersebut, yakni air. Lagu yang ceria tersebut menceritakan berbagai jenis air yang sering digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari air tawar, asin, hingga air susu untuk mimik J.
Ya, teman, jika kita berbicara mengenai air, sekilas tak ada yang istimewa jika melihat air. Ia merupakan ikatan dua unsur kimia antara molekul hidrogen dan oksigen yang membentuk senyawa H2O, lazimnya berbentuk cairan. Tetapi, air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Kehidupan sangat tergantung dari air. Air yang kita manfaatkan setiap hari di rumah sebagian besar berasal dari air permukaan. Sekitar 87% dari air permukaan ini berupa air danau, 11% berupa rawa-rawa, dan hanya 2% yang berupa air sungai.






teman-teman sekalian, mungkin diantara kita pernah sakit? Jika kita pernah sakit, lalu bertemu dengan dokter dan berobat, acapkali dokter setelah memberikan obat pada kita lalu berpesan “nanti obatnya dikonsumsi sesuai waktu dan aturan, kemudian jangan lupa minum air putih untuk menambah kesegaran dan mencuci serta membuang racun dalam tubuh, jangan lupa minum air dan perbanyak minum air putih”, begitulah kira-kira satu dari sekian banyak petikan pesan oleh dokter pada pasiennya, termasuk kita. Pesan dokter yang selalu mengingatkan pasien untuk meminum air tampaknya bukan sekali dua kali disampaikan, bahkan hampir setiap pasien yang berobat kepada dokter selalu dipesankan agar selalu minum air putih. Itulah sebabnya mengapa air seolah memiliki sisi magis yang tak bisa dilepaskan dari kebutuhan hidup makhluk yang ada di bumi.





Teman, kalian tau tidak seberapa banyakkah kita harus mengonsumsi air setiap hari? Secara umum, para dokter manganjurkan kita untuk meminum 8-9 cangkir per hari. Berikut penjelasan kalkulasi jumlah tersebut :
·           Pendekatan 'pergantian'
          Rata-rata orang dewasa mengeluarkan urin sebanyak 1,5 liter (6,3 cangkir) per hari. Anda kehilangan hampir sekitar 4 cangkir air putih setiap harinya, melalui pernafasan, keringat dan pergerakan usus. Sedangkan makanan biasanya menyumbang 20 persen dari total asupan cairan. Jika Anda mengonsumsi 2 liter air atau minuman lainnya dalam sehari (kurang lebih 8 cangkir), maka kita telah menggantikan cairan tubuh yang hilang.
·           Delapan 8 ons gelas setiap hari
          Pendekatan lainnya adalah konsep “Aturan 8x8”. Aturan ini menyatakan untuk meminum delapan 8 ons gelas cairan setiap hari (sekitar 1,9 liter), karena seluruh cairan dapat dihitung terhadap total harian. Meskipun pendekatan ini tidak didukung oleh kajian ilmiah, banyak orang tetap menggunakannya sebagai pedoman.
·           Rekomendasi harian
          Institute of Medicine menyarankan pria untuk mengonsumsi 3 liter (13 gelas) dari jumlah minuman setiap harinya, sedangkan perempuan sebaiknya mengonsumsi 2,2 liter (sekitar 9 gelas) dari jumlah minuman setiap harinya.
          Terlepas dari pendekatan di atas, jika kita rata-ratakan satu orang membutuhkan 2 liter air untuk mium saja, maka dunia ini membutuhkan sekitar 14 miliar liter air per hari, belum lagi untuk kebutuhan mandi dan kebutuhan lainnya.
Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari keberadaan air. Tiga perempat tubuh kita terdiri dari air. Artinya sel-sel tubuh sangat tergantung dari keberadaan dan ketersediaan air, agar tetap hidup. Tapi lebih dari itu, air juga merefleksikan kesadaran maupun kondisi kehidupan manusia itu sendiri. Kehidupan yang sehat, amat tergantung dari keberadaan air yang kualitasnya bagus. Bukan hanya kuantitas, namun terutama kualitas air yang menentukan kualitas kesehatan. Bisa dibayangkan betapa air adalah senyawa paling berpengaruh dalam setiap aktivitas manusia. Bagaimana tidak? Air yang terdiri dari unsur hidrogen dan oksigen (H2O) mampu membuat segalanya tak berarti tanpa keberadaannya di bumi. Teman-teman sekalian, coba kita renungkan satu persatu, tanpa air kita tidak bisa melakukan MCK (mandi, cuci, kakus), tanpa air, tidak akan ada minuman seperti teh, kopi, cappuccino, dapat dibayangkan jika seseorang mengkonsumsi kopi tanpa air betapa lengket kopi di giginya, bisa dibayangkan jika tidak ada air bagaimana manusia tidak bisa membersihkan tubuh dari berbagai kuman penyebab penyakit, tidak bisa memasak , bahkan tanpa air dunia kering kerontang tak berdaya.
Penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan air setiap orang bergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan, seberapa aktif aktifitas kita, dan lingkungan tempat kita tinggal. Meskipun  tidak ada rumus tunggal yang cocok untuk semua orang, mengetahui seberapa besar kebutuhan tubuh kita akan cairan, dapat membantu kita memperkirakan berapa banyak air yang perlu kita minum tiap harinya. Setiap harinya, manusia kehilangan cairan tubuh melalui pernafasan, urin dan feses (kotoran). Agar tubuh dapat bekerja dengan baik, kita harus mengisi persediaan air tersebut dengan cara mengonsumsi makanan dan minuman yang banyak mengandung air.
  Sebuah Pesan Kebaikan Alam dan Keajaiban dari Tuhan Untuk Makhluk Hidup Melalui Air
Betapa dahsyat peranan air bagi kehidupan makhluk hidup, tak hanya manusia tetapi juga makhluk hidup yang lain membutuhkan air untuk kelangsungan hidup. Sesungguhnya jikalau kita berfikir dan mencermati secara seksama, banyak sekali pesan alam yang disampaikan oleh air, banyak sekali keajaiban yang diperlihatkan oleh Tuhan kepada manusia melalui air. Banyak sekali nilai-nilai kebaikan yang disampaikan oleh air disamping fungsi vitalnya untuk menopang kehidupan di bumi.
Teman-teman, kita pasti sudah sangat familiar dan kenal betul dengan sebuah pepatah lama yang berbunyi, “jadilah seperti padi, semakin berisi semakin merunduk”. Sebab apakah padi dapat berbuah dan berisi hingga merunduk jikalau tidak dikarenakan oleh asupan air yang dimilikinya. Jika dalam kondisi kering tanpa air, mustahil bagi padi dapat berbuah hingga merunduk. Air bak suplemen spiritual bagi padi yang ingin tumbuh.


Jika kita perhatikan secara seksama, secara alamiah ada beberapa pesan moral yang disampaikan oleh air pada manusia untuk membentuk tingkah laku dan moral yang baik. Pertama jika kita melihat gerak alamiah air, maka kita akan perhatikan bahwa air  akan mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, setinggi apapun tempat ia mengalir maka ia akan mengalir ke wilayah yang lebih rendah. Jika kita sambungkan dengan nilai kehidupan kita, ada pesan moral yang dapat kita jadikan sebagai nilai kehidupan, yakni setinggi apapun posisi kita dan bagaimanapun tingginya derajat kita, kita harus tetap ingat pada orang-orang yang ada di bawah. Sebuah pesan yang kita masih belum banyak menyadarinya.






Pesan moral selanjutnya yang kita dapat jadikan pelajaran dalam kehidupan adalah, bahwa air akan mengikuti wadah dimana ia ditempatkan. Sifat alamiah air ini sebenarnya mengandung nilai pelajaran hidup bagi kita semua, yakni dimana pun kita berada kita harus taat dan patuh pada peraturan tempat di mana kita berpijak, bak pepatah dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung.


Pesan kebaikan dan keajaiban alam lainnya dari Tuhan melalui air telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah oleh Prof. Emoto menggunakan analisis resonansi magnetik-MRA, menunjukan, air yang sehat biasanya akan membentuk kristal segi enam jika dibekukan. Disimpulkan, kristal air akan terbentuk jika airnya merasa sehat, atau berada di lingkungan yang menyenangkan. Lingkungan tercemar, tidak sehat, penuh energi negatif atau emosi buruk, menyebabkan air sama sekali tidak dapat membentuk kristal jika dibekukan. Dalam berbagai penelitian terbukti dan selalu dapat dilakukan pembuktian ulang, bahwa struktur molekul air dipengaruhi oleh getaran, musik, kekuatan pemikiran, doa kata-kata atau bahkan oleh tulisan yang ditempelkan.




Betapa air juga memberikan sinyalemen kepada kita tentang bagaimana seharusnya menciptakan kondisi kehidupan yang positif dengan perilaku positif. Semakin kita berperilaku positif, maka resonansi positif tersebut akan tertular pada air dengan bentuk-bentuk molekuler yang indah dan menakjubkan, begitu juga sebaliknya.







“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS Az Zumar : 21)




“......Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.” (QS Al Anbiya’ : 30)

Sejak berabad-abad lalu sebelum manusia menciptakan teori siklus hidrologi, sebelum manusia menemukan konsep tumbuh kembang kehidupan dalam rahim, Allah telah menjelaskan dalam beberapa firmannya tentang keajaiban air. Air menjadi sumber kehidupan dan penghidupan makhluk hidup di bumi tak terkecuali manusia. Bahkan, keajaiban air sudah tersampaikan jelas kehadapan kita sejak kita berada di alam rahim. Di alam rahim pun manusia sudah membutuhkan air, bahkan awal mula pembentukan manusia pun ditengarai oleh sperma yang juga mengandung unsur air. Dijadikan segala yang hidup dari air, bahkan makhluk hidup takkan bertahan hidup tanpa adanya pasokan air.



Sumber-sumber air di bumi menjadi sumber kehidupan makhluk hidup. Hutan akan lebat dan menjadi amat indah dengan pasokan air yang baik. Ikan-ikan di sungai dan laut akan hidup dengan baik dengan keberadaan air yang cukup dan berkualitas. Padi-padi di sawah, gandum, dan berbagai komoditas pertanian serta perkebunan akan menghasilkan hasil panen yang baik jika diairi dengan baik pula. Begitu menakjubkannya peranan air yang diciptakan oleh Tuhan untuk manusia dan makhluk hidup lainnya. Airlah yang menjadi penyeimbang tatanan lingkungan sebab ia tidak berdiri sebagai produsen, konsumen, ataupun pengurai dalam sistem rantai makanan yang selama ini kita pelajari. Namun air berkedudukan sebagai unsur esensial yang tanpanya tidak akan ada organisme produsen,konsumen, bahkan pengurai yang dapat hidup. Sungguh dahsyatnya pesan kebaikan alam oleh Tuhan kepada manusia melalui air. Maka, nikmat Tuhan mana lagi yang kita dustakan???.
You’ll never miss the water
Till your well runs dry

Air dan Kehidupan, Membalas Kebaikan Air adalah Tanggung Jawab Bersama
Teman-teman, sesungguhnya ada tiga hubungan umum seorang manusia dalam menjaga tali kebaikan, yang pertama hubungan kebaikan manusia dengan Tuhannya, kedua hubungan kebaikan manusia dengan sesama manusia, dan yang ketiga dan bahkan sepertinya sering terlupakan adalah hubungan kebaikan antara manusia dengan lingkungan/alam.
Seringkali kita melupakan fungsi hubungan kita dengan lingkungan dan alam. Kita menginginkan kenyamanan hidup dan ketenteraman dalam melakukan aktifitas kehidupan, namun sesering itu pula kita melupakan komponen penyelaras yang menyegarkan nilai kehidupan kita, yakni lingkungan. Banyak manfaat dan kebaikan yang kita dapatkan dari air sebagai komponen lingkungan hidup, namun sedikit sekali usaha kita untuk memberikan feedback positif sebagai balas jasa lingkungan kepada air yang kita manfaatkan.
Teman-teman, perlu diketahui bahwa secara umum, manfaat sumber daya air sebagai pendukung kehidupan adalah, pertama, sumber bahan pangan. Manusia dan hewan dapat memperoleh sumber makanan dari perairan, seperti berbagai jenis ikan, rumput laut, kepiting, udang, kerang dan lainnya. Kedua, prasarana lalu lintas air antar pulau atau antar benua. Wilayah yang didominasi oleh perairan sangat bergantung pada lalulintas air, seperti adanya sungai atau laut hubungan antar wilayah dapat terjalin. Ketiga, fungsi energi seperti pembangkit tenaga air. Pergerakan air pasang dan surut dapat penghasilkan energi listrik. Selain itu, arus laut dapat dimanfaatkan sebagai energi pendorong perahu secara alami. Keempat, fungsi rekreasi. Kondisi pantai, danau, dan laut yang indah dan bersih difungsikan sebagai objek wisata. Kelima, air juga memiliki fungsi pengaturan iklim. Perbedaan sifat fisik air laut dan daratan dapat mempengaruh gerakan udara (angin). Hal ini selanjutnya memanaskan perairan dan mengakibatkan penguapan kemudian turun sebagai hujan.




Keenam, air juga dapat sebagai tempat usaha perikanan. Manusia memanfaatkan perairan sebagai usaha perikanan, seperti tambak udang, pengembangbiakan kerang mutiara dan sejenisnya. Ketujuh, air sebagai sumber mineral dan sumber usaha air minum mineral. Kedelapan, air sebagai sumber bahan tambang, seperti minyak bumi, timah, gas alam, dan sejenisnya. Terakhir, air berfungsi sebagai suplemen tubuh manusia dan pengganti cairan tubuh dalam proses metabolisme, lalu sebagai kebutuhan rumah tangga seperti mencuci, mandi, dan memasak. Begitu banyak kebaikan yang bisa kita dapatkan dari air bukan, teman?.
Nah, teman-teman, sekarang kita coba lihat sebanyak apa kita sebagai makhluk hidup yang mengaku lebih baik dari makhluk hidup lainnya berusaha membalas kebaikan air.
Pertama, hal yang perlu kita ketahui adalah kita manusia adalah makhluk hidup yang paling “invasif”, artinya kita paling getol melakukan eksploitasi terhadap bumi dibandingkan dengan mahluk hidup lain. Populasi manusia juga sangat tinggi, penduduk dunia sudah hampir menyentuh angka 7 miliar jiwa. Banyaknya penduduk bumi mengakibatkan banyaknya lahan yang dibuat untuk kawasan permukiman dan kawasan artifisial lainnya, lebih dari 38% lahan dunia, 400 juta ha lebih diantara digunakan untuk lahan pemukiman, jalan dan lain-lain, dan jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya (Buringh, P: 1991). Konsekuensi logi dari banyaknya pertumbuhan permukiman dan lahan artifisial di muka bumi adalah berkurangnya lahan akan mengakibatkan berkurangnya lahan daerah resapan air.


Nah, teman-teman yang kedua yang harus kita ketahui adalah dunia ini sudah mengalami deforestasi yang luar biasa hebat. Penggundulan hutan terjadi di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia yang dulunya sempat mendapat gelar paru-paru dunia, Brasil dan Amerika Selatan dengan hutan Amazonnya juga mengalami penggundulan yang hebat, begitu juga hutan di kawasan Afrika Tengah. Banyaknya hutan yang dipangkas paksa ini akan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan siklus air dan akan mengakibatkan berkurangnya sumber-sumber air di seluruh dunia. Berkurangnya sumber-sumber air di dunia ini akan menimbulkan krisis air berkepanjangan dan menimpa seluruh kalangan manusia tanpa kecuali.


Teman-teman, sebenarnya masih banyak tindakan kita yang membuat air semakin terancam eksistensinya, seperti membuat pemukiman di bantaran sungai, membabat hutan sekitar daerah aliran sungai, dan berbagai kegiatan yang mencemari sumber-sumber air untuk kebutuhan seperti membuang limbah ke sungai, danau, dan mencemari beberapa mata air demi kepentingan segelintir orang. Bak pepatah, air susu dibalas dengan air tuba (masih air temanya, teman), manusia terlalu naïf, menginginkan kehidupan yang indah, damai, tenteram dengan pemenuhan segala kebutuhan yang berjalan baik dan lancer, namun manusia sendiri jarang sekali berusaha untuk mendedikasikan diri untuk membuat lingkungan menjadi indah, nyaman, asri, terutama yang menyangkut beberapa lahan dan kawasan penyangga untuk sumber air.
Teman-teman, saatnya kita harus menyadari bahwa air merupakan elemen penting yang memberikan kita berbagai manfaat dan kebaikan, sepatutnya juga kita harus membalas kebaikan air pada kita. Bagaimana bisa kita berharap mendapatkan akses air bersih sementara kita tidak menjaga sumber dan keberlangsungan siklusnya.
Beberapa hal yang kita bisa lakukan untuk membalas kebaikan air adalah:
1. Jaga sumbernya agar tetap lestari



Menghijaukan kembali hutan dan kawasan daerah aliran sungai sebenarnya bukan barang baru bagi kita. Namun, saat ini minim sekali usaha kita untuk melestarikan hutan dan kawasan daerah liran sungai, padahal kawasan ini adalh kawasan inti dari sumber air permukan dan sumber air tanah yang digunakan manusia untuk memenuhi segala jenis kebutuhannya.
2. Menghemat konsumsi air
Menghemat bukan berarti kita tidak memanfaatkan air. Manfaatkanlah air secukupnya, jangan gunakan air untuk hal-hal yang tidak perlu, seperti pesta semprot air/water party. Yang tidak habis pikir, bagaimana sebagian kita bisa berfikir bersenang-senang dengan air sementara di bagian bumi yang lain ada orang-orang yang mati karena tak memiliki akses air. Ariflah dalam menggunakan air. Matikan keran air saat ia tak digunakan, karena semakin boros air maka akan semakin mengurangi jumlah air bersih di dunia.

Membuat lahan/sumur resapan dan lahan halaman rumah dengan biopori adalah salah satu usaha yang dapat kita lakukan agar air tetap meresap ke dalam tanah dan menjadi sumber air tanah bagi kehidupan kita.

3. Sisakan lahan resapan air di rumah





4. Bagi konsumen air mineral, mari manfaatkan botolnya
Air mineral sudah sangat akrab bagi kita sehari-hari. Tetapi terkadang kita sering menimbulkan sampah dari sisa botol kemasannya. Sampah tersebut akan menghalangi arus air dan mengakibatkan banjir. Mulai sekarang, mari manfaatkan airnya, gunakan kemasannya untuk kebaikan lingkungan. Kita bisa menanam tumbuhan di botol kemasan sisa konsumsi kita. Dengan tanaman yang kita tanam, setidaknya air hujan dapat tertampung di dalamnya, meresap ke tanah dan akar tanamannya, lalu terevapotranspirasi menjadi uap air lagi.



Semua ingin memanfaatkan air untuk kebutuhan, bahkan banyak diantara kita yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan air. Ya, kita terkadang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan air yang berkualitas untuk kehidupan kita, kita rela memasang pipa PDAM ke rumah kita, kita rela membayar iuran bulanan untuk pemakaian air kita, kita rela menggali sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air di rumah kita, bahkan kita tak peduli ada potensi terjadinya intrusi air laut yang bisamencemari air dalam tanah, kita rela mengambil air dari sungai dan rela melakukan apa saja untuk menguras manfaat di dalamnya. Namun, kebanyakan kita enggan melakukan perbaikan terhadap sumber air tersebut. Kebanyakan kita enggan melakukan pelestarian kawasan daerah resapan air sungai, kebanyakan kita enggan melakukan konservasi untuk melestarikan air tanah di daerah aliran sungai, bahkan diantara kita enggan melakukan pelestarian air tanah dan seenaknya melakukan pengeboran tanpa pertimbangan untuk kebutuhan pribadi dan lembaga. Kita seolah lupa bahwa kita telah menggunakan air sesukanya, namun enggan untuk melestarikannya. Saat kita butuh kita merasa bahwa dengan membayar sudah termasuk bagian dari sistem kebersamaan dalam tanggung menanggung beban. Sesekali bukan karena kita membayar iuran kepada PDAM lantas itu sudah kita katakana sebagai usaha bersama dalam melestarikan air dan melepaskan tanggung jawab hanya kepada mereka yang bekerja. Air yang ada tak hanya sekedar berkisarpada kawasan perusahaan. Lingkungan sekitar kita merupakan gudang penyimpanan air, kepedulian kita bersama akan memperbaiki kondisinya, namun jika kita enggan melakukan perbaikan, maka dampak buruknya juga akan kita dapatkan nanti.  Masalah kelestarian air bukanlah masalah orang perorangan, namun menjadi masalah kita bersama.


Begitu banyak “cinta” dan kebaikan yang telah diberikan oleh air untuk kehidupan kita. Mulai kita di alam rahim, air bermain peran yang sangat penting dalam tumbuh kembang kita, saat kita lahir air juga memiliki peran yang begitu penting, hingga kita mati pun air masih memainkan peranan pentingnya bagi kita. Seharusnya kita melakukan usaha bersama, menumbuhkan cinta pada lingkungan tempat di mana air melangsungkan berbagai siklusnya, siklus yang juga berguna dalam kehidupan kita.
Akhirnya, kita semua harus menyadarkan bahwa pentingnya air untuk dijaga bersama, ditanggungjawabi secara bersama...
 Seorang manusia bernama Muhammad SAW, yang masuk dalam urutan pertama manusia paling berpengaruh di muka bumi pernah berkata:
Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat; buang air besar di sumber air, ditengah jalan, dan di bawah pohon yang teduh” (H.R. Abu Daud)
Ketika Sa’ad mengambil air sembahyang, Nabi berkata: Jengan menggunakan air berlebihan’. Lalu Sa’ad bertanya:”Apakah menggunakan air juga bisa berlebihan?” Nabi menjawab: “Ya, sekalipun kamu di sungai yang mengalir”.
Nah, sahabat, kebaikan yang diberikan oleh air kepada kita hendaknyalah kita balas dengan kebaikan juga bukan dengan kejahatan dan perbuatan yang kotor lagi sia-sia, sebab akan ada dampak buruknya di kemudian hari nanti.
Bukankah Nabi sebagai penyampai pesan Illahi telah memperingatkan kita.......???

Saturday, 21 February 2015

JERIT RIMBA ALAM LEUSER (Mutiara Hijau Sumatera, Rumah Satwa yang Menanti Gagasan Konservasi)

Oleh: Muhammad Akbar

Pernah menonton film The Day After Tomorrow?, Six Degrees Could Change The World?, atau film 2012?. Film-film tersebut merupakan beberapa film fiksi ilmiah garapan Hollywood yang menggambarkan betapa bumi ini seketika dapat hancur dengan dahsyat dan mengakibatkan kepunahan makhluk hidup di bumi termasuk di dalamnya manusia dikarenakan oleh semakin memburuknya kondisi lingkungan hidup dan terus meningkatnya suhu permukaan bumi yang berkorelasi negatif terhadap “kesehatan” bumi.
Namun, sangat tidak menutup kemungkinan jikalau kisah fiksi itu akan jadi sebuah kenyataan. Perilaku manusia yang selalu mengabaikan etika lingkungan dalam bertindak acapkali menimbulkan masalah tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga bagi manusia itu sendiri. Pengelolaan yang buruk terhadap lingkungan dan ekosistem adalah penyebab pemanasan global yang mengancam kehidupan di muka bumi. Deforestasi, dan degradasi serta aksi-aksi illegal yang semakin menjadi-jadi terhadap hutan dan isinya menyebabkan tingginya laju penurunan dayadukung ekologi dan menimbulkan ketidakseimbangan kehidupan dalam tatanan rantai makanan. Tiap-tiap hutan dan isinya yang ada di Indonesia menghadapi ancaman yang sangat serius dan nyata termasuk Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang berada di wilayah Aceh dan Sumatera Utara.
MAP-TNGLSekilas Mengenai TNGL dan Kekayaan Biodiversitasnya
Sumber Gambar: google.com
 
Taman Nasional Gunung Leuser adalan Kawasan Taman Nasional seluas 1.094.692 Hektar yang secara administrasi pemerintahan terletak di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara yang telah ditetapkan sebagai salah satu situs warisan dunia (World Heritage) oleh UNESCO

sebagai Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera pada tahun 2004. Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) berfungsi utama sebagai sistem penyangga kehidupan dengan fokus pengelolaan untuk mempertahankan perwakilan ekosistem Leuser yang unik dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (Wikipedia.com). TNGL dihuni oleh berbagai jenis mamalia, burung, reptil, amphibi, dan hewan avertebrata. Di kawasan ini terdapat 380 jenis burung dan 350 diantaranya merupakan spesies yang tinggal di Leuser. Leuser juga menjadi rumah bagi 36 dari 50 jenis spesies burung egara ‘Sundaland”. Hampir 65% atau 129 spesies mamalia dari 205 spesies mamalia kecil dan besar ada di Leuser. Ekosistem Leuser juga merupakan rumah bagi spesies yang terancam punah seperti Orang Utan Sumatera (Pongo Abelli), Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumaterae), badak sumatera (Dicerorhinus Sumatranensis), Tapir (Tapirus Indicus), gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus), Owa (Hylobathes Lar), kera (Presbytis Thomassi), dan berbagai primata lainnya. Kawasan TNGL juga terdapat lebih dari 4000 jenis flora. Tiga dari 15 jenis tumbuhan parasit Rafflessia terdapat di Leuser (Ikhsan, 2009).
TNGL, Bagai Perawan Dalam Sarang Penyamun
Seperti halnya kebanyakan hutan alam lainnya di Indonesia, keberadaan Taman Nasional Gunung Leuser  telah menghadapi berbagai masalah yang serius sejak beberapa dekade lalu. Keterancaman akan kepunahan ekosistem dan habitat terus menghantui kawasan yang dihuni oleh berbagai spesies flora dan fauna dunia ini. Taman Nasional yang seharusnya menjadi kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi ini nyatanya sangat menghadapi depressi yang berat akibat tidakan-tindakan yang destruktif oleh sekumpulan manusia yang serakah dan tamak akan kekayaan dunia. Mungkin dapat dibayangkan bagaimana seorang perawan tinggal dikelilingi oleh sekumpulan penyamun yang lapar dan haus akan kepentingan nafsu birahinya?. Pastinya ia akan menjadi korban perlakuan yang tidak menyenangkan. Mungkin begitulah analogi yang pantas untuk menggambarkan kebrutalan yang dilakukan berbagai pihak terhadap kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser. Leuser bagaikan seorang “perawan” yang diperkosa” oleh segerombolan penyamun. Illegal loging maupun legal logging berkedok HPH, pembukaan lahan, perburuan liar dan kegiatan merugikan lainnya terus dilakukan demi kepentingan pribadi yang menimbulkan konflik berkepanjangan antara alam dan manusia.
Kerusakan hutan di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dalam lima tahun terakhir mencapai 36 ribu hektare (Ha), itu artinya per tahun mengalami kerusakan 7.200 Ha atau setara dengan 8.700 kali luas lapangan bola kaki. Bila dipersentasekan, maka kerusakan hutan di KEL selama lima tahun terakhir sebesar 1,8 persen dari luas keseluruhan atau rata-rata 0,36% mengalami deforestasi (hilangnya tutupan hutan secara permanen maupun sementara). BPKEL melalui penelitian menggunakan interpretasi penginderaan jauh, yaitu interprestasi citra satelit, yakni LANDSAT (USGS/NASA) tahun 2005-2009 menunjukkan pada awal 2005 luas tutupan hutan di KEL 1.982.000 Ha dan akhir 2009 mengalami deforestasi, sehingga luasnya menjadi 1.946.000 Ha (gobloggeris.blogspot.com). Dapat dibayangkan betapa terancamnya TNGL sebagai kawasan penyangga kehidupan di Sumatera. Tidak hanya akan menimbulkan kiamat bagi satwa langka yang bernaung di dalamnya tapi juga akan mengancam eksistensi manusia yang mengambil manfaat lingkungannya.
Hamparan Mutiara Hijau, Rumah Satwa yang Menanti Gagasan Konservasi
Pernahkan kita melihat korban kecelakaan yang bagian tubuhnya terlepas salah satu? Atau pernahkah kita melihat korban penikaman atau tebasan senjata tajam? Pernahkan kita melihat korban penganiayaan dan kekerasan yang sadis? Atau pernahkah kita membayangkan seorang ayah atau ibu dibunuh di depan mata anaknya?. Pasti yang ada dibenak kita adalah rasa sakit dan jeritan yang tidak dapat terbayangkan. Jikalau kita ada dihadapan orang yang mengalami hal seperti itu, pasti kita akan mendengarkan jerit rintihannya dan satu kata yang sangat penting yaitu “pertolongan”. Pernahkah kita bayangkan jika pohon dan hewan bisa bicara? Pernahkah kita membayangkan bagaimana jeritan hewan dan tumbuhan meminta tolong saat mesin-mesin pemotong kayu dan senjata-senjata pemburu menghentikan detak kehidupan mereka di muka bumi?. Kembalikan itu pada hati nurani kita sebagai makhluk yang tamak dan tidak pernah berterima kasih kepada kedua makhluk Allah swt tersebut. Hewan dan tumbuhan adalah salah satu bagian terpenting dalam tatanan keseimbangan kehidupan dan kita patut berterima kasih pada keduanya, tetapi ternyata perlakuan kita sangat antiklimaks. Kitalah yang memulai aksi-aksi penghancuran, kita sebenarnya merupakan asselerator yang mengakselerasi datangnya bencana dan tragedi di muka bumi.  Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) harus segera mendapatkan “perawatan medis” dari kita manusia yang bergantung pada manfaat lingkungan yang ditimbulkannya. Perawatan medis itu adalah berbagai aksi konservasi yang sangat dibutuhkan sebagai upaya pengembalian kelestarian kawasan Situs Warisan Dunia tersebut. Konservasi yang bertujuan untuk mengembalikan untaian mutiara hijau Sumatera yang sudah tersegmentasi akibat ulah manusia dan mengembalikan kelayakan hidup bagi berbagai hewan atau satwa yang hidup di dalamnya.
Menggagas Rencana Dan Aksi Konservasi
Memulihkan kembali Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) adalah tanggung jawab kita semua sebagai manusia yang masih memerlukan manfaat langsung dan tidak langsung dari keberadaan Taman nasional Gunung Leuser yang menguntai bak mutiara hijau di hamparan daratan Sumatera Utara dan Aceh. Menggagas konservasi di kawasan TNGL merupakan sebuah kewajiban seperti penetapan status aktifitas gunung berapi, penetapan status konservasi di kawasan TNGL harus diprioritaskan pada level “segera”.
Konservasi seperti pelestarian satwa dengan cara insitu dan eksitu bukanlah lagi hal yang baru untuk kegiatan konservasi dibeberapa wilayah TNGL, seperti penangkaran orangutan di Bukit Lawang, penangkaran Gajah di Tangkahan, Aceh, dan penangkaran beberapa satwa liar di wilayah lain dalam kawasan TNGL. Melakukan reboisasi juga bukanlah hal baru dalam kegiatan konservasi. Namun cara dalam melakukan hal-hal tersebut yang harus diperbaharui, caranya harus lebih bersifat persuasif dan atraktif dengan pengelolaan yang berbasis partisipatif dan kolaboratif. Beberapa hal yang dapat dilakukan terkait konservasi kawasan TNGL adalah sebagai berikut:
1. Reboisasi sistem “Tanam Pakan”
Reboisasi yang selama ini dikenal cenderung kaku dan stagnan. Reboisasi yang selama ini dilakukan hanya memihak pada satu sisi pelestarian, yakni penghijauan dan belum memihak pada eksistensi satwa yang tinggal dikawasan reboisasi tersebut. Reboisasi yang selama ini dilaksanakan kebanyakan menanam jenis pohon-pohon keras seperti cemara, pinus, akasia, mahoni, dan tanaman menjulang lainnya. Harus ada satu jenis reboisasi yang mampu mengakomodir dua kepentingan kelestarian habitat dan  ekosistem, yakni reboisasi sistem “tanam pakan”. Reboisasi ini adalah reboisasi yang tidak hanya bertujuan sebagai fungsi penghijauan namun juga memiliki fungsi penyediaan makanan bagi satwa herbivora terancam punah. Beberapa hewan herbivora terancam adalah Gajah, badak, burung, dan orang utan. Jenis makanan mereka seperti badak yang memakan kulit kayu, kedondong hutan, mangga hutan, gajah yang memakan daun kelapa, dan jenis-jenis perdu, orang utan yang memakan biji-bijian dan buah-buahan, begitu juga dengan kera. Reboisasi yang ditujukan menanam pohon “pakan’ satwa tersebut harus menjadi prioritas karena proses insitu dan pelepasliaran tidak akan berjalan lancar jika tidak ada dayadukung lingkungan yang memadai dalam penyediaan makanannya.
2. Membuat Kegiatan “Ketapel Biji”
Mungkin agak sedikit aneh bagi telinga orang-orang yang mendengarnya. Tetapi aksi yang tak terpikirkan ini akan sangat bermanfaat, sederhana tetapi berdampak nyata. Kegiatan ini adalah kegiatan yang sangat menguntungkan tidak saja bagi pelestarian TNGL tapi juga mendorong kegiatan olahraga. Ketapel biji adalah kegiatan memanah biji (biji durian, biji nangka, biji cempedak, rambutan, dan bii yang berpotensi tumbuh sebagai pohon) menggunakan ketapel ke arah hutan kawasan TNGL. Jika kegiatan seru ini berlangsung, ia dapat melibatkan semua kalangan usia, terlebih lagi anak-anak yang dipersiapkan sebagai “laskar konservasi”, selain sebagai sarana bermain anak-anak, kegiatan ketapel biji ini akan memberi dampak penghijauan bagi TNGL, dalam beberapa tahun biji yang dilontarkan dari ketapel menuju ke pedalam hutan akan tumbuh sebagi pohon keras yang tidak hanya berfungsi sebagai penghijau hutan dan absorber/penyerap air tapi juga bermanfaat bagi makanan hewan yang ada di dalamnya.
3. Menggandeng Pemuka Agama, Menghilangkan Mitologi Obat Pada Tubuh Satwa   Langka
Masalah yang hingga kini menghantui eksistensi hewan langka dan terancam punah di kawasan TNGL adalah masih berkembangnya sikap dan ketradisionilan negatif yang merusak. Kepercayaan masyarakat atas kandungan beberapa bagian tubuh hewan langka sebagai obat berbagai penyakit masih saja ada. Penanaman logika kepada masyarakat harus disegerakan dengan menggandeng pemuka agama dan ahli medis terkait untuk mengurangi dan menghilangkan mitologi-mitologi yang mengancam keberadaan hewan langka di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser.
4.  Menetapkan “Cinta Konservasi” sebagai Muatan Lokal Sekolah (Kerjasama Antar    Institusi)
Memelihara Keberadaan Taman Nasional sebagai situs warisan dunia sangatlah penting.  Mengingat sebagai kawasan penyangga kehidupan dan stabilisasi ekosistem, keberadaan TNGL harus segera dilestarikan dalam jangka waktu tak terhingga. Menanamkan rasa cinta konservasi merupakan pendekatan yang harus dilakukan dengan cepat, salah satu pendekatan yang sangat baik adalah melalui pendidikan. Penanaman rasa cinta konservasi harus ditanamkan kepada generasi penerus bangsa. Dalam hal ini harus ada kerjasama inter-institusi antara Kementerian Kehutanan, Kementrian Lingkungan Hidup, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diaplikasikan ke daerah Aceh dan Sumatera Utara. Pelaksanaan pada tingkat sekolah dengan tenaga pendidik yang berwawasan konservasi dapat membentuk tim konservasi sekolah dan menanamkan rasa cinta konservasi sejak dini.
KERJASMA INTERINSTITUSI PEMERINTAH DALAM MENGAPLIKASIKAN PENDIDIKAN CINTA KONSERVASI DI WILAYAH TNGL
 



                                                                                                            
                                                           



                                             
                                                                       PELATIHAN





Kerangka kerja pembentukan tenaga pendidik berwawasan konservasi untuk penerapan di sekolah sekitar TNGL bahkan Indonesia (Oleh Muhammad Akbar).


SUMBER DATA RUJUKAN (REFERENSI)
Ikhsan, dkk. 2009. Meretas Jalan Mewujudkan Desa Konservasi. Medan: Konsorsium Pusaka Indonesia.
Mangunjaya, Fachrudin M. 2005. Konservasi Alam Dalam Ilsam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

 SEMINAR DAN SOSIALISASI BUDAYA POSITIF DI SMAN 1 TAMIANG HULU oleh: Muhammad Akbar Sekolah merupakan ruang untuk mempertemukan berbagai jen...